Flores Timur –
Pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meminta pemerintah untuk merelokasi mereka ke daerah yang lebih aman. Sebagian pengungsi mengaku masih trauma berada di posko pengungsian saat ini.
“Kalau ada lahan kami minta supaya bikin kami rumah. Kami trauma, kami setuju direlokasi,” kata Maria Maria, warga Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura, Flores Timur, kepada detikBali, Sabtu (9/11/2024).
Maria dan beberapa warga lainnya kini mengungsi di posko pengungsian Konga, Kecamatan Titehena. Menurutnya, beberapa pengungsi di sana memerlukan asupan gizi dan perlengkapan bayi lainnya.
“Kami minta susu bayi, balsem, minyak telon, dan popok bayi,” imbuhnya.
Gunung Lewotobi Laki-laki kembali meletus pagi tadi pada pukul 08.50 Wita. Bahkan, PVMBG menyebut gunung api tersebut sudah meletus sebanyak 8 kali hari ini. Adapun, letusan terakhir terjadi pada pukul 16.40 Wita dengan ketinggian kolom abu mencapai 1.500 meter di atas puncak.
“Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 10,5 milimeter (mm) dan durasi sementara kurang lebih 6 menit 12 detik,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-Laki, Albertus Galih Prasida Kastawa, dalam keterangan resminya, Sabtu sore.
Saat ini, total warga yang dievakuasi akibat bencana itu sebanyak 8.431 orang. Mereka tinggal di posko-posko pengungsian di Flores Timur dan Sikka.
Selain merusak rumah-rumah warga, material erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki juga merusak sejumlah fasilitas publik di Flores Timur. Bahkan, Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur menyebut awan panas telah mengganggu fungsi stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) di Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura, sejak Senin (4/11/2024). Walhasil, Diskominfo menutup jaringan BTS tersebut.
“Tower Desa Nobo otomatis off. Karena abu panas yang melekat pada microwave sehingga suhunya naik,” kata Kepala Dinas Kominfo Flores Timur, Hery Lamawuran, Sabtu.
(iws/iws)