Jakarta –
Proses repatriasi benda bersejarah milik Indonesia yang diambil sejumlah negara telah berjalan selama puluhan tahun. Namun, tidak semua negara memiliki komitmen yang sama untuk mengembalikan benda-benda tersebut.
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon mengungkapkan sejak awal Indonesia merdeka proses pengembalian benda atau artefak bersejarah sudah mulai dilakukan. .
Ia mengatakan pada proses repatriasi ini, Indonesia menerima benda-benda bersejarah yang dulu diambil oleh negara-negara yang pernah menjajah Indonesia termasuk Prancis.
“Yang terbanyak tentu saja Belanda dan Inggris,” kata Fadli Zon dalam rapat kerja Komisi X DPR RI dengan Mendikdasmen, Mendiktisaintek, dan Menbud RI pada Rabu (6/11/2024), dikutip melalui siaran daring (8/11/2024).
Fadli Zon mengatakan sudah ada memorandum of understanding (MoU) dengan Belanda untuk proses repatriasi benda-benda bersejarah RI.
Hanya saja, Inggris hingga saat ini enggan untuk mengembalikan benda-benda bersejarah dari Indonesia yang telah dirampok beberapa abad lalu. “Tetapi Inggris sampai sekarang tidak mau mengembalikan, padahal termasuk yang paling banyak,” ungkap Fadli Zon.
Politisi Partai Gerindra itu menyinggung peristiwa Geger Sepehi atau Geger Sepoy pada 1812. Saat itu, Letnan Gubernur Inggris di Jawa Thomas Stamford Raffles memerintahkan pasukannya menyerbu Keraton Yogyakarta, tepatnya pada 19-20 Juni 1812.
Dikutip dari laman resmi Keraton Yogya, setelah Geger Sepoy tersebut, pihak keraton mengalami kerugian besar. Inggris tidak hanya mengambil kekayaan materi, tapi juga kekayaan intelektual. Ribuan naskah dari perpustakaan keraton dijarah.
“Raffles itu melakukan satu perampokan terhadap Keraton Yogyakarta itu, sampai 4 kapal. Dua kapal itu kemudian tenggelam. Selebihnya kemudian sekarang berada di British Museum dan juga di British Library, termasuk ratusan manuskrip yang sampai sekarang tentu saja belum ada yang kembali,” jelas Menbud.
Sebelumnya, Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra menyebut pihaknya akan terus melakukan repatriasi benda-benda cagar budaya Indonesia di luar negeri.
“Sesuai komitmen pemerintah bahkan pemerintah yang baru repatriasi akan terus dilakukan karena masih banyak PR kan tahun lalu juga 472 dan tahun ini 288 itu aja baru satu negara aja di Belanda,” ujar Mahendra setelah menerima detikcom Awards 2024 di Hotel The Westin, Jakarta (17/10/2024) lalu.
Dia menyebut salah satu negara yang sedang diusahakan diplomasi mengenai repatriasi benda bersejarah RI adalah India. Namun, beberapa negara lain juga sedang didiskusikan.
“Belum India dan ada beberapa negara lain yang sedang kita susul sehingga ke depannya akan menjadi diplomasi untuk mengembalikan karena penting untuk melengkapi narasi Indonesia yang selama ini terpecah-pecah,” katanya.
Saksikan Live DetikSore:
(nah/pal)