Flores Timur –
Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus pada Minggu (4/11/2024) malam hingga Senin dini hari. Status gunung api itu kini pada level IV awas.
Tercatat 2.472 warga masih tinggal di tiga lokasi pengungsian di sana. Mereka sangat membutuhkan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain pakaian, selimut, makan, air bersih, peralatan wanita dan anak-anak.
Warga masih dilarang masuk ke radius 7 kilometer dari puncak gunung kembar itu. Sementara proses pencarian korban masih terus berlangsung. Kemarin, gunung itu kembali meletus, meski dengan intensitas yang lebih rendah dari sebelumnya.
Tinggi Kolom Abu 1.000 Meter
Gunung Lewotobi Laki-laki kembali mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu 1.000 meter di atas puncak gunung. Erupsi itu terjadi pada Selasa (5/11/2024) pukul 16.26 Wita.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat dan barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 14 mm dan durasi sementara ini ± 12 menit 12 detik,” demikian bunyi pernyataan dari Badan Geologi dan PVMBG Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-laki, dikutip detikBali, Selasa sore.
Saat ini erupsi sedang berlangsung. Status gunung berada di level IV atau awas. Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki harus mewaspadai potensi banjir lahar dan hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Satu Pengungsi Meninggal Dunia
Satu pengungsi korban erupsi, Rofinus Beda Tour, meninggal di lokasi pengungsian di Dusun Mudin, Desa Watu Omok, Kecamatan Talibura, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Rofinus meninggal pada Senin (4/11/2024) sekitar pukul 21.00 Wita.
“Korban sudah dibawa dan dimakamkan di kampung halamannya di Desa Dulipali pagi tadi, Selasa (4/11/2024),” ujar Kapolres Flores Timur, AKBP I Nyoman Putra Sandita, Selasa, (4/11/2024) malam.
Pria asal Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, berusia 55 tahun itu meninggal karena penyakit asma yang sudah dideritanya beberapa tahun. Menurut Sandita, proses pemulangan jenazah Rofinus ke Desa Dulipali difasilitasi polisi.
“Saat kejadian anggota kami hadir untuk melayat. Kemudian, mengawal pemulangan jenazah untuk dimakamkan,” jelas Sandita.
Sembilan Korban Tewas Dapat Santunan
Sebanyak sembilan warga asal Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meninggal akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mendapat santunan sebesar 135 juta dari Kementerian Sosial (Kemensos). Korban tewas itu adalah Kanisius Laga Lajar, Agustina Luo Luon, Paskalis Goe Lajar, Andreas Baha Lajar, Theresia Toja, Yohanes Baha Buto Lajar, Yois Witin, Yosepina Wole Kedang, dan Suster Nikolin.
“Kami juga menyalurkan santunan kepada ahli waris korban yang meninggal dunia akibat bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Santunan ini diberikan kepada sembilan orang ahli waris dengan totalnya Rp 135 juta,” ujar Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), Masryani Mansyur, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/11/2024).
Masryani menjelaskan selain bantuan logistik dan materi, Kemensos juga melakukan intervensi layanan dukungan psikososial untuk membantu korban dalam pemulihan psikis dan penguatan mental di lokasi pengungsian.
Menurut Masryani, tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan pilar sosial lain yang berada di lokasi kejadian sudah dikerahkan untuk melakukan evakuasi, mendirikan shelter darurat, dan membuka dapur umum di lokasi pengungsian.
“Pengiriman bantuan dikerahkan dari gudang logistik Sentra Efata Kupang dengan total nilai bantuan sebesar Rp 1,27 miliar,” jelas Masryani.
2.472 Warga Masih Tinggal di Pengungsian
Sebanyak 2.499 warga tinggal di tiga lokasi pengungsian pascaerupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Mereka terpaksa mengungsi karena rumah mereka hancur dihantam material letusan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, lokasi pengungsian Desa Bokang dihuni oleh 606 jiwa, Desa Konga 1.219 jiwa, dan Desa Lewolaga 647 jiwa. Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto meninjau langsung lokasi pengungsian di tiga desa, Selasa (5/11/) kemarin.
Suharyanto menegaskan, bahwa masyarakat akan dijamin pemenuhuan kebutuhannya selama darurat bencana terjadi.
“Selama tanggap darurat, kebutuhan dasar akan kita penuhi, makan,minum, air bersih, tempat berlindung, pakaian, susu bayi dikasih semua,” tegasnya.
Opsi Relokasi Warga
Suharyanto juga meminta pemerintah daerah Flores Timur merelokasi warga yang tinggal di zona bahaya erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Saat ini masih ada ribuan kepala keluarga yang tinggal di zona merah.
“2.734 kepala keluarga (terdampak) dipindah, daripada kita ambil risiko,” tegas Suharyanto dalam keterangannya, Rabu (6/11/2024).
Relokasi ini sangat penting dan menjadi salah satu langkah mitigasi jangka panjang. Sebagian wargapun menyetujui relokasi khususnya warga yang tinggal di radius 7 km dari puncak Gunung Lewetobi Laki-Laki.
“Gunung tidak bisa dipindah jadi kita (masyarakat) yang harus pindah ke tempat aman. Mudah-mudahan kita bekerja sama yang baik, relokasi disiapkan dan tanggungjawab pemerintah dan relokasi mandiri juga boleh, pemerintah yang bangunkan rumahnya,” tambah Suharyanto.
(dpw/dpw)