Ende –
Aktivitas vulkanik Gunung Iya yang terletak di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), meningkat. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status gunung tersebut dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) sejak Selasa (5/11/2024) dan mengingatkan potensi erupsi yang bisa saja mengintai.
“Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, Gunung Iya menunjukkan adanya peningkatan aktivitas serta potensi ancaman bahayanya,” ujar Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid, dalam keterangan tertulis yang dikutip detikBali, Rabu (6/11/2024).
Gunung Iya memiliki ketinggian 637 meter di atas permukaan laut (mdpl). Wafid menjelaskan Gunung Iya tergolong gunung api strato yang tercatat pernah meletus pada 1671 hingga erupsi terakhir pada 1969.
Menurut Wafid, karakteristik erupsi Gunung Iya pada umumnya berlangsung di kawah utama berupa erupsi magmatik. Letusan tersebut menghasilkan abu vulkanik, lontaran batu pijar, dan aliran lava disertai dengan adanya runtuhan pada puncak.
“Terdapat rekahan berkembang di sekeliling kawah aktif yang menunjukkan zona lemah di dalam gunung api. Rekahan ini yang kemungkinan akan mengakibatkan longsoran besar ke arah laut jika terjadi yang akan datang,” jelas Wafid.
Berdasarkan pantauan PVMBG, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut dalam periode 1 Oktober hingga 4 November 2024. Secara visual, Wafid berujar, teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi sekitar 10-300 meter dari puncak.
“Berdasarkan pengambilan data visual menggunakan drone kawah Gunung Iya, teramati asap kawah tipis berwarna kelabu dengan tinggi kurang lebih 50 meter di atas puncak,” kata Wafid.
Wafid membeberkan terjadi ratusan kegempaan yang terekam pada periode 1 Oktober hingga 4 November 2024. Antara lain, 28 kali gempa tremor harmonik, 77 kali gempa tremor nonharmonik, 2 kali gempa tornillo, 3 kali gempa low frekuensi, 2 kali gempa vulkanik dangkal, 173 kali gempa vulkanik dalam. Kemudian, 63 kali gempa tektonik lokal, 56 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus amplitudo 1-1,8 mm.
“Kegempaan Gunung Iya periode ini didominasi gempa tremor harmonik, gempa tremor nonharmonik, gempa tremor menerus, dan gempa vulkanik dalam,” ungkap Wafid.
Dia menambahkan peningkatan kegempaan Gunung Iya ditandai dengan meningkatnya gempa vulkanik dalam sejak Agustus 2024. Peningkatan signifikan kegempaan ini mengindikasikan adanya peningkatan tekanan dalam tubuh Gunung Iya akibat meningkatnya aktivitas magmatik atau adanya migrasi magma dari kedalaman dalam ke kedalaman
dangkal.
Hal ini, Wafid berujar, memicu munculnya gempa-gempa dangkal yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi. Gempa-gempa dangkal Gunung Iya, yaitu kegempaan tremor mulai terekam sejak 16 Oktober 2024 yang menandakan adanya pergerakan atau peningkatan tekanan magma menuju permukaan.
“Perlu diwaspadai apabila terekam gempa tektonik dengan magnitudo besar di sekitar Gunung Iya karena berpotensi akan mempengaruhi aktivitas vulkanik,” terang Wafid.
Wafid mengingatkan warga maupun pengunjung dan wisatawan untuk tidak mendekati kawasan dan tidak melakukan aktivitas di sekitar Gunung Iya dalam radius 3 kilometer (km) dari kawah. Ia juga mengimbau warga untuk tidak mendekati lubang tembusan gas yang berada di sekitar kawah demi menghindari potensi bahaya gas beracun.
“Masyarakat di sekitar diharapkan tetap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Iya dan senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Kabupaten Ende dan
BPBD NTT,” ujarnya sembari menyebut informasi dan perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Iya dapat diakses melalui laman resmi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
(iws/iws)