Tiket Pesawat Mahal, RI Berpotensi Kehilangan Miliaran Dolar dari Pariwisata

Tiket Pesawat Mahal, RI Berpotensi Kehilangan Miliaran Dolar dari Pariwisata




Jakarta

Dalam 10 tahun terakhir, sektor pariwisata Indonesia menghadapi tantangan baru: mahalnya tiket pesawat yang berdampak langsung pada jumlah kunjungan wisatawan, baik mancanegara maupun domestik.

Kenaikan harga tiket pesawat, terutama pada rute internasional dan destinasi wisata domestik, baik yang dekat maupun jauh, hal ini semakin menyulitkan Indonesia dalam menarik wisatawan.

Dampak pada Wisatawan Mancanegara

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia menerima sekitar 15 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19 menghantam dunia. Setiap wisatawan mancanegara rata-rata menghabiskan sekitar USD 1.200 per kunjungan di Indonesia, yang mencakup akomodasi, makanan, belanja, dan transportasi lokal.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini berarti total devisa yang diperoleh mencapai sekitar USD 18 miliar per tahun. Namun, kenaikan harga tiket pesawat menyebabkan penurunan minat wisatawan untuk mengunjungi Indonesia.

Jika kita asumsikan penurunan wisatawan mancanegara akibat kenaikan harga tiket sebesar 10%, Indonesia berpotensi kehilangan sekitar 1,5 juta wisatawan mancanegara.

Simulasi Perhitungan

Jumlah wisatawan yang hilang: 1,5 juta

Rata-rata pengeluaran per wisatawan: USD 1.200

Potensi kehilangan devisa: 1,5 juta wisatawan x USD 1.200 = USD 1,8 miliar per tahun atau sekitar Rp 28.3 T

Dampak pada Wisatawan Domestik

Wisatawan domestik juga terdampak mahalnya tiket pesawat, terutama untuk rute-rute yang jaraknya jauh dan membutuhkan biaya transportasi udara yang cukup tinggi. Berdasarkan survei BPS pada 2022, rata-rata pengeluaran wisatawan domestik di destinasi wisata mencapai Rp 2 juta per perjalanan.

Jika mahalnya tiket pesawat menyebabkan penurunan jumlah wisatawan domestik sebesar 5%, potensi kerugian pada ekonomi domestik juga cukup signifikan.

Simulasi Perhitungan

Jumlah penurunan wisatawan domestik: 5% dari sekitar 100 juta perjalanan domestik, atau 5 juta perjalanan.

Rata-rata pengeluaran per wisatawan domestik: Rp 2 juta

Potensi kehilangan kontribusi ekonomi domestik: 5 juta wisatawan x Rp 2 juta = Rp 10 triliun per tahun.

Mengapa Harga Tiket Pesawat Mahal?

Beberapa faktor utama mempengaruhi naiknya harga tiket pesawat di Indonesia, di antaranya:

1. Biaya Bahan Bakar

Menurut Kementerian Perhubungan, harga avtur, bahan bakar pesawat, menyumbang hampir 40-50% dari biaya operasional maskapai. Kenaikan harga avtur global jelas mendorong naiknya biaya tiket pesawat.

2. Keterbatasan Armada dan Rute

Banyak maskapai masih dalam tahap pemulihan pasca-pandemi, sehingga keterbatasan armada membuat jumlah penerbangan terbatas, sementara permintaan mulai meningkat kembali. Hal ini mempengaruhi harga tiket, terutama untuk rute-rute dengan demand tinggi.

3. Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS

Fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS juga berdampak langsung pada biaya operasional maskapai, yang menggunakan komponen impor untuk perawatan dan bahan bakar pesawat.

Rekomendasi Strategi untuk Pemerintah

1. Subsidi Bahan Bakar dan Pengurangan Pajak

Pemerintah dapat mempertimbangkan subsidi bahan bakar avtur atau pengurangan pajak untuk maskapai. Kebijakan ini telah dilakukan di beberapa negara lain, seperti Thailand, yang memberikan subsidi bahan bakar avtur untuk rute domestik demi menekan harga tiket.

2. Penyusunan Kebijakan Rute Wisata Terpadu

Mengembangkan kebijakan rute wisata terpadu dengan paket subsidi yang melibatkan akomodasi dan tiket pesawat bisa mendorong wisatawan, terutama untuk destinasi-destinasi prioritas.

3. Diversifikasi Pasar dan Promosi Wisata

Kementerian Pariwisata dapat meningkatkan promosi dan diversifikasi pasar ke negara-negara potensial yang memiliki daya beli kuat untuk mendukung jumlah kunjungan wisatawan.

Pengamat PariwisataPengamat pariwisata, Taufan Rahmadi Foto: (dok. Istimewa)

Kesimpulan

Mahalnya harga tiket pesawat telah dan akan terus berdampak pada sektor pariwisata Indonesia jika tidak segera diatasi. Dengan potensi kehilangan devisa yang mencapai miliaran dolar, pemerintah perlu mempertimbangkan solusi yang komprehensif untuk menjaga stabilitas industri pariwisata dan memastikan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional tetap kuat.

——-

Artikel ini ditulis oleh Taufan Rahmadi, Pakar Strategi Pariwisata Nasional. Artikel merupakan kiriman pembaca detikcom.

(wsw/wsw)



Source link

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *