Jakarta –
Kesulitan mendapat pekerjaan mendorong Gen Z ramai-ramai menggunakan banner bertagar #DESPERATE di portal dan media sosial pencarian kerja LinkedIn. Badge berwarna merah muda ini diharapkan membuat para anak muda lebih dideteksi para calon pemberi kerja, diberi kesempatan ikut seleksi, hingga mendarat pada pekerjaan.
Menangkap tren #DESPERATE, Managing Partner Inventure Yuswohady menyentil pemerintah dan pemangku kepentingan untuk melakukan refleksi atas nasib para Gen Z sebagai penerus bangsa. Ia menekankan, Gen Z dan Gen Alpha adalah pilar Indonesia Emas 2045.
“Kalau mereka desperate, berarti nggak cuma nasib Gen Z yang mengkhawatirkan, tapi nasib bangsa,” ucapnya pada detikEdu, Selasa (8/10/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat bisnis dan marketing ini mengatakan, jika masalah lapangan kerja dan memperoleh kerja tak teratasi, maka tak heran jika Gen Z benar-benar mengalami masalah kesehatan mental.
“Ya salah satu penyebab mental health bermasalah bagi Gen Z ya karena kemampuan ekonomi, terutama karena (masalah) kemampuan mencari kerja, untuk mendapatkan pekerjaan itu,” ucapnya yang juga kerap mengamati dinamika Gen Z ini.
“Kan kita suka ngomong Indonesia Emas, Indonesia Emas. Yang terjadi, jadinya Indonesia cemas, karena Gen Z sebagai penopangnya jadi cemas kayak gini,” sambungnya.
Stigma Mental Health Gen Z
Yuswohady berpendapat, Gen Z memang selama ini lekat dengan stigma tak kuat mental dan kerap mengedepankan isu mental health saat memasuki dunia kerja.
Di samping itu, pengalaman Gen Z yang seumur jagung di ranah kerja juga kerap membuat para anak muda dianggap tidak bisa kerja, tidak mau kerja susah, dan tidak punya skill yang dibutuhkan di dunia kerja.
Stigma-stigma di atas menurut Yuswohady perlu dipatahkan semua pihak jika memang ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pemerintah dan pemberi kerja dalam hal ini perlu mempedulikan dan bahu-membahu merespons kebutuhan Gen Z agar dapat terserap di dunia kerja.
“Diharapkan muncul awareness ya dari pemerintah, dari semua kalangan agar ini diperhatikan, harus diubah. ‘Berilah kami pekerjaan’, kan kira-kira begitu ya (makna banner-nya),” ucapnya.
“Refleksi bagi pemerintah dan bagi perusahaan, korporasi, untuk bisa lebih peduli kepada generasi emas, Gen Z dan Gen Alpha ini, kan dia yang harusnya akan membawa Indonesia menjadi negara maju 2045,” sambungnya.
Yuswohady mengatakan, gerakan yang diikuti para Gen Z ini tidak akan tumbuh jika kondisi yang mereka rasakan tidak benar-benar mengimpit. Ia menggarisbawahi, daya beli masyarakat kini turun sehingga jumlah kelas menengah saat ini menurun dari 57 juta pada 2019 jadi 48 juta pada 2024.
“(Jadi) mungkin rasa malunya sudah nggak ada lagi (untuk mengaku desperate),” ucapnya.
Gen Z, Tingkatkan Skill Ini!
Di sisi lain, banner #DESPERATE ini menurut Yuswohady turut menjustifkasi stigma kelemahan Gen Z dalam merintis karier, seperti tak bisa kerja dan tak kuat mental. PR Gen Z menurutnya adalah mematahkan stigma-stigma tersebut dengan menguatkan skill untuk memasuki dunia kerja.
Yuswohady mengingatkan Gen Z untuk meningkatkan social skill (keterampilan sosial) agar pergaulan visual dan fisikal dapat seimbang. Mengasah keterampilan sosial menurutnya penting untuk membuka peluang diterima di pekerjaan dan bertahan di dunia kerja.
“Begitu dia (Gen Z) lulus kuliah, dan masuk dunia kerja, dia harus mengejar ketertinggalan itu. Banyak berinteraksi dengan kolega, berinteraksi dengan peers, agar social skills itu terbangun,” ucapnya.
Ia menekankan, keterampilan sosial khususnya dibutuhkan dalam hal kemampuan bekerja sama (teamwork) atau kolaborasi. Untuk itu, kecakapan digital Gen Z perlu diimbangi dengan kecakapan sosial dunia nyata di lingkungan kerja.
“Kalau sudah bicara soft skill leadership, teamwork, kolaboratif, mau nggak mau harus memperbanyak interaksi antarmanusia langsung, dengan peers, dengan bosnya, dengan anak buahnya,” imbuhnya.
Detikers ingin menyuarakan protes terkait kesulitan mencari kerja? Sampaikan keluhan, pendapat, harapan, dan keinginan terkuatmu di Point of View (POV) detikEdu, klik DI SINI.
(twu/twu)