Jakarta –
Ilmuwan dari Oregon State University pertama kali mendeteksi suara misterius dari dasar Laut Pasifik Barat pada 2014. Selama bertahun-tahun, ilmuwan dibuat kebingungan tentang dari mana sumber suara tersebut berasal.
Dua tahun kemudian, dengan hanya rekaman suara yang tersisa, para ilmuwan menduga pelakunya kemungkinan besar adalah sejenis paus balin. Namun, dugaan ini ternyata terbantahkan pada 2018, saat ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melakukan survei mamalia laut di Kepulauan Mariana.
Lantas jika bukan suara paus balin, dari mana sumber suara misterius itu?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suara dari Paus Bryde
Sebelumnya, ilmuwan NOAA telah meneliti lautan selama lebih dari 23 tahun. Salah satu peran penting NOAA adalah memasang teknologi di lepas pantai California untuk memantau suara hewan laut.
Setelah mendapat laporan mengenai penemuan suara misterius, ilmuwan NOAA melakukan survei selama satu bulan di lokasi tempat penemuan suara tersebut. Mereka menggunakan alat perekam bernama “long-term passive acoustic recorders” untuk mendapatkan informasi mengenai suara dari jarak jauh.
Dengan bantuan teknologi dan alat perekam, ilmuwan NOAA akhirnya menemukan bahwa suara misterius tersebut kemungkinan adalah paus Bryde (Balaenoptera brydei). Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sepuluh ekor paus Bryde di sekitar lokasi tempat penemuan suara tersebut.
Suara yang dikeluarkan oleh paus Bryde dikenal dengan “biotwang” yakni panggilan khusus sesama paus Bryde yang melakukan perjalanan jarak jauh di lautan terbuka.
Paus Bryde dan Panggilan Khususnya
Melansir Science Alert, diketahui bahwa paus Bryde tersebar luas di seluruh dunia, termasuk di perairan tropis dan beriklim hangat. Dalam hal ini, ilmuwan mencatat bahwa struktur populasi dan pola pergerakan spesies ini masih belum banyak diteliti.
Menurut ahli oseanografi dari NOAA, Ann Allen, paus Bryde memiliki “biotwang” dan bisa muncul secara konsisten di perairan Pasifik bagian Barat saat mereka melakukan migrasi pada bulan Februari dan April, serta puncaknya di bulan Agustus dan November.
“Hasil penelitian kami memberikan bukti adanya populasi paus Bryde di perairan pelagis Pasifik Utara bagian barat dengan distribusi yang luas, tetapi dengan variasi musiman dan antar tahunan dalam kemunculannya yang menyiratkan rentang yang kompleks yang kemungkinan besar terkait dengan perubahan kondisi oseanografi di wilayah ini,” papar Allen.
Dengan bantuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), ilmuwan NOAA berhasil menganalisis data dan mengidentifikasi suara-suara biologis. Mereka juga berhasil melacak dan memahami distribusi populasi dan pola migrasi paus Bryde.
Para ilmuwan berharap penggunaan AI ini dapat membantu penelitian terhadap lautan ke depannya, sebagaimana dilansir dari studi yang diterbitkan oleh Frontiers in Marine Science pada 2024.
“Berkat AI, kami mampu melakukannya dalam hitungan jam, bukan tahun,” tulis NOAA pada laman resminya.
(faz/faz)