Kala Kelas Menengah Turun Kasta

Kala Kelas Menengah Turun Kasta


Sektor jasanya tidak yang bernilai tambah tinggi sehingga kemudian kelas menengah terus menurun.”

Sekarang, kata Rifaldi, kebutuhan pokok serbamahal. Bensin yang dulu Rp 50 ribu bisa baru habis dipakai dalam dua pekan kini habis tidak sampai satu pekan. Ditambah lagi iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan), yang rasa-rasanya setiap tahun semakin bertambah mahal.

Dalam kondisi yang demikian sulit, Rifaldi berupaya mencari pekerjaan baru dengan gaji yang lebih layak. Namun, kenyataannya, status magister ekonomi sama sekali tidak membantunya mendapatkan pekerjaan baru.

“Entah karena spesifikasi gue yang terlalu tinggi atau memang kondisi lapangan kerjaannya yang nggak ada,” katanya bingung.

Apa yang dialami Rifaldi itu sebetulnya juga dirasakan oleh jutaan orang lainnya di Indonesia. Belakangan, tekanan ekonomi pada periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo memang membuat banyak kelas menengah harus turun kasta. Dari kalangan menengah menjadi golongan miskin dan rentan miskin. Rifaldi termasuk golongan kelas menengah karena berpengeluaran lebih dari Rp 2 juta per bulan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sejak 2019-2024, jumlah kelompok kelas menengah turun dari 57,33 juta menjadi hanya 47,85 juta. Proporsinya hanya 17,13 persen dari total populasi Indonesia. Turun 4 persen dari 2019 yang mencapai 21,45 persen.

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan penyebab menurunnya kelas menengah adalah permasalahan struktural ekonomi Indonesia. Banyak kalangan menengah yang kesulitan mengimbangi kenaikan harga kebutuhan pokok lantaran sedikitnya pembukaan lapangan kerja berkualitas yang menawarkan gaji layak.

Sedangkan inflasi di sektor makanan dan minuman terus meningkat setiap tahun. Data LPEM FB UI menunjukkan inflasi di sektor makanan, minuman, dan tembakau meningkat sekitar 4,9 persen per tahun. Dampaknya, daya beli kelas menengah terus tergerus.

Di tengah kesulitan itu, terjadi proses deindustrialisasi prematur. Banyak kalangan menengah yang berupaya beralih profesi dari bekerja di sektor industri ke sektor jasa. Sayangnya, sektor jasa yang tersedia di Indonesia juga tidak berkualitas.

“Sektor jasanya tidak yang bernilai tambah tinggi sehingga kemudian kelas menengah terus menurun,” jelas Teuku melalui pesan suara pekan lalu.

Setali tiga uang, mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong memandang kian menciutnya proporsi kalangan menengah juga disebabkan minimnya pembukaan lapangan kerja baru, khususnya di sektor jasa. Padahal sebagian besar kelas menengah Indonesia bekerja di sektor tersebut.



Source link

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *