Orang yang Lakukan Bullying Ternyata Kurang Empati-Frustrasi, Ini Kata Studi

Orang yang Lakukan Bullying Ternyata Kurang Empati-Frustrasi, Ini Kata Studi



Jakarta

Kasus bullying atau perundungan masih menyelimuti dunia pendidikan di Indonesia. Terbaru, kasus bullying yang terjadi di Universitas Diponegoro (Undip), tepatnya di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Bullying adalah suatu bentuk perilaku agresif yang dilakukan seseorang dengan sengaja dan berulang kali sehingga menyebabkan ketidaknyamanan atau cedera pada orang lain.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk bullying bisa berupa fisik, verbal, perusakan barang, cyberbullying, hingga relasional.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bentuk bullying relasional, biasanya mengandalkan senioritas, jabatan, atau kekuasaan yang lain untuk menekan individu tertentu. Sementara untuk cyberbullying, perundungan dilakukan dengan menggunakan teknologi, seperti komputer, telepon seluler, dan perangkat lainnya.

Di lingkungan sekolah, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2023 lalu, angka perundungan di lingkungan sekolah mencapai 30 kasus. Angka ini adalah kasus yang sudah dilaporkan dan diproses pihak berwenang.

Sementara menurut data CDC, sekitar 1 dari 5 siswa sekolah menengah melaporkan bahwa mereka pernah mengalami perundungan di lingkungan sekolah.

Perundungan yang terjadi ini, telah mengakibatkan banyak korban terluka baik secara fisik dan mental, bahkan beberapa kasus terdapat korban yang meninggal.

Lantas kenapa ada orang yang melakukan bullying padahal dampaknya sangat berbahaya?

Mengapa Ada Orang Melakukan Bullying?

Mengutip Medical News Today, orang yang terlibat dalam bullying biasanya memiliki kecenderungan latar belakang tertentu. Dalam beberapa kasus, anak-anak biasa mempelajari penindasan dari lingkungan sekitar, misalnya dari orang tuanya atau orang lain dalam hidupnya.

Jika orang tua atau pengasuh anak menunjukkan perilaku agresif di rumah, hal ini dapat meningkatkan risiko anak tersebut melakukan perundungan atau penindasan.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang terlibat dalam penindasan cenderung menunjukkan kualitas diri tertentu, antara lain:

  • Agresif
  • Frustrasi
  • Tingkat empati yang rendah
  • Daya saing yang tinggi
  • Kesulitan mengendalikan dorongan hati
  • Mudah menyalahkan orang lain atas masalah mereka
  • Sulit menerima tanggung jawab atas tindakan mereka
  • Keinginan untuk berkuasa atau mendominasi

Pentingnya Pendidikan Sejak Dini oleh Orang Tua

Pakar menilai bahwa hal yang penting untuk mencegah perundungan adalah pola asuh dan pendidikan yang benar dari orang tua. Dalam hal ini orang tua harus terjun langsung untuk memberi pemahaman kepada anak sejak dini bahwa perilaku yang menyebabkan penderitaan bagi orang lain tidak diperbolehkan.

Kemudian jika secara tak sadar anak telah melakukan itu kepada anak lain, beri pemahaman bahwa tindakannya telah menimbulkan konsekuensi tertentu, baik secara hukum maupun individu yang dirugikan.

Orang juga juga harus mengidentifikasi anak soal harga diri. Beberapa kasus bullying telah menunjukkan bahwa harga diri yang rendah pada anak bisa berisiko lebih tinggi untuk memiliki perilaku perundungan. Maka dari itu, berilah validasi dan apresiasi dengan anak secara tepat agar anak memiliki harga diri yang pantas.

Jika orang tua mencurigai anak bisa menindas anak yang lain, maka bicarakan dengan guru, kepala sekolah, konselor, atau dokter anak. Hal ini bisa membantu untuk memberikan nasihat serta dukungan untuk mengatasi masalah yang ada.

Sementara untuk korban bullying, segeralah untuk mencari bantuan dan dukungan. Lapor ke pihak sekolah, universitas, atau lapor ke layanan pelaporan yang tersedia seperti Puskesmas, rumah sakit, kepolisian atau Unit Pelayanan Terpadu Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) melalui layanan SAPA di nomor hotline 129.

Untuk di satuan pendidikan bisa lapor ke kanal LAPOR di tautanhttps://kemdikbud.go.idatau melalui pusat panggilan 177.
Kamu juga perlu cerita ke teman, keluarga, atau orang tepercaya agar membantu kamu mengumpulkan bukti dan mendukung secara fisik maupun mental.

(faz/pal)



Source link

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *