Jakarta –
Stetoskop adalah alat medis yang biasa digunakan untuk mendengar suara dalam tubuh seperti jantung dan pernapasan. Namun, tahukah kamu bentuk awal stetoskop ini berupa gulungan kertas?
Kata stetoskop berasal dari kata Yunani “stethos” yang berarti dada dan “skopein” yang berarti menjelajah. Stetoskop menjadi alat penting bagi dokter untuk mengidentifikasi suara dalam tubuh pasien.
Biasanya, dokter menggunakan stetoskop dengan cara menempelkan “eartips atau earpieces” ke kuping, kemudian bagian ujung yang disebut “diaphragm” ditempelkan ke tubuh seperti dada.
Namun, pada masa awal-awal perkembangan teknologi dunia medis, dokter menggunakan cara manual untuk mendengarkan detak jantung pasien yakni dengan menempelkan kuping ke dada. Kondisi ini berubah saat seorang dokter asal Prancis bertemu pasien wanita yang terindikasi memiliki penyakit jantung.
Benarkah ini latar belakang awal penemuan stetoskop?
Muncul Ide dari ‘Mainan’ Anak-anak hingga Perasaan Tidak Sopan ke Pasien Perempuan
Dikutip dari National Library of Medicine, seorang dokter Prancis berusia 35 tahun bernama Dr Rene Theophile Hyacinthe Laënnec yang pertama menemukan stetoskop. Pada September 1816, dia dipanggil untuk menemui wanita muda yang memiliki gejala umum penyakit jantung.
Untuk memeriksa, pada masa itu masih menggunakan auskultasi manual dengan cara meletakkan telinga dokter di dada pasien. Namun, Dr Laënnec enggan melakukan hal itu karena pengaruh usia, jenis kelamin, dan kegemukan pasien.
Secara tidak sengaja, dia teringat pada suatu alat yang pernah dimainkan anak-anak di halaman Istana Le Louvre di Paris. Dr Laënnec mengingat bahwa ada dua anak yang saling mengirimkan sinyal menggunakan sepotong panjang dari kayu solid dan peniti.
Dengan telinga di salah satu ujungnya, salah satu anak tersebut menerima suara yang diperkuat dari pin yang menggores ujung kayu yang berlawanan.
Berawal dari pengamatan ini, akhirnya Dr Laënnec mulai menggulung erat selembar kertas. Kemudian, salah satu ujungnya diletakkan di atas precordium (dada) dan satu ujung yang lain diletakkan di telinga.
Hasilnya, dia terkejut sekaligus gembira karena bisa mendengar detak jantung pasien wanita muda dengan lebih jelas. Bahkan lebih jelas dibandingkan dengan menggunakan telinga yang ditempelkan secara langsung.
Hasil ini menjadi momen bagi Dr Laënnec untuk mempelajari metode untuk mendengarkan jantung yang lebih efektif. Dia telah membuktikan bahwa bunyi jantung dapat didengar lebih jelas dan keras menggunakan auskultasi perantara dibandingkan dengan auskultasi langsung.
Cikal Bakal Stetoskop Berawal dari Kayu
Setelah ide awalnya muncul, Dr Laënnec melakukan uji coba jenis bahan untuk membuat sebuah tabung panjang selama 3 tahun. Tabung panjang itu digunakan untuk mendengarkan dada pasien pneumonia.
Setelah bereksperimen dengan cermat, akhirnya bahan dari kayu dipilih. Dia membuat tabung berlubang dengan diameter 3,5 cm dan panjangnya 25 cm.
Alat tersebut merupakan cikal bakal stetoskop modern. Alat dilengkapi colokan bila digunakan untuk mendengarkan jantung dan agar portabel, dibuat bagian-bagiannya yang dapat dibongkar pasang.
Pada 1819, Dr Laënnec menerbitkan karya penting pertamanya tentang penggunaan mendengarkan suara tubuh berjudul “De l’auscultation médiate ou Traité du Diagnostic des Maladies des Poumon et du Coeur” pada usia 38 tahun.
Akhirnya, tabung kayu itu disebut dengan stetoskop Laënnec, yang digunakan hingga paruh kedua abad ke-19, ketika pipa karet dikembangkan. Sejak diperkenalkannya stetoskop pada tahun 1819, beberapa modifikasi telah diperkenalkan, seperti binaural, diafragma, dan gabungan bel dan diafragma (dengan kepala ganda atau tiga).
Dikutip dari American Lung Association, inovasi stetoskop terus dilakukan hingga pada 1961, profesor dan ahli jantung Harvard Medical School, Dr David Littmann menjelaskan stetoskop ideal dalam jurnal American Medical Association.
Setelah melakukan penelitian dan analisis, Littmann berhasil menciptakan visinya. Dia berhasil menciptakan stetoskop modern yang dapat mendengarkan suara bernada rendah atau tinggi dengan menyesuaikan tekanan bel pada tubuh pasien.
Saat ini, perawat dan dokter di seluruh dunia telah menggunakan desain stetoskop Littmann dan mereknya menjadi salah satu yang paling populer.
(faz/nwk)