Surabaya –
Masyarakat Jawa Timur mengeluhkan suhu udara yang terasa kian panas di siang hari. Apa sih penyebabnya?
Ternyata, suhu yang makin panas ini, penyebabnya karena saat ini Jawa Timur masih berada di musim kemarau. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Prakirawan BMKG Juanda Diah Novita.
“Suhu dirasakan panas karena memang kita masih berada di musim kemarau. Mungkin terasa lebih panas karena bulan Juli-Agustus lalu kita ada fenomena bediding yang membuat udara terasa lebih dingin,” jelas Diah saat dihubungi detikJatim, Minggu (8/9/2024).
Fenomena bediding merupakan hal yang terjadi secara periodik pada saat puncak musim kemarau. Penyebabnya, yakni adanya angin monsun Australia yang bersifat dingin dan kering.
Hal tersebut juga ditunjang dengan tutupan awan yang sedikit atau bahkan hampir tidak ada pada saat malam dan dini hari, sehingga panas dari bumi dapat keluar angkasa secara besar-besaran.
“Tetapi, di bulan September fenomena tersebut sudah tidak lagi. Untuk puncak musim kemarau Jatim terjadi di bulan Juli dan Agustus, tergantung wilayahnya,” ujar Diah.
Kendati puncak kemarau telah dilalui, namun BMKG belum dapat memastikan kapan musim kemarau di Jatim akan usai.
“Musim kemarau kira-kira sampai bulan Oktober-November. Informasi pastinya menunggu rilis awal musim hujan dari BMKG pusat,” kata Diah.
Sebagai informasi, suhu maksimum atau tertinggi di Jawa Timur saat ini terjadi di Lamongan mencapai 37 derajat celcius. Sementara di Surabaya, juga terjadi suhu yang cukup tinggi yakni mencapai 35,7 derajat celcius.
(auh/hil)