Jakarta –
Mantan Kepala Otoritas Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono bicara soal pembangunan IKN yang kini sedang berjalan. Bambang menekankan pembangunan IKN bukan saja kota, seperti yang dilakukan perusahaan pengembang properti.
Tapi, pembangunan IKN juga termasuk membangun masyarakatnya, sehingga terjadi keseimbangan antara infrastruktur fisik dan pendudukanya.
“Saya ingin melihat balance, lebih balance antara fisik dan hal-hal yang bersifat sosial, kultural, masyarakat. Kita ini membentuk membangun kota, bukan membangun seperti developer. Bukan membangun properti saja, bukan. Yang kita bangun kota. Kalau kota itu intinya adalah warga kota, masyarakatnya yang dibangun,” kata dia ditemui di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (5/9/2024).
Bambang juga mengingatkan jangan sampai megaproyek pemindahan ibu kota Indonesia ke IKN bernasib seperti Myanmar.
“Jadi kalau kita lihat, kita tidak ingin terjebak di dalam kesalahan seperti di Myanmar. Di mana Myanmar itu bagus, semuanya bagus gitu ya. Hotelnya ada, kemudian fasilitas pemerintahan bagus-bagus, ada dua lapangan golf, ada kebun binatang, segala macam. Tapi orangnya nggak ada. Dalam arti tidak terbentuk,” terang Bambang.
Bambang juga mengatakan tata kota yang baik antara masyarakat dengan infrastruktur juga dibutuhkan oleh kota lain. Hal itu juga merupakan PR bagi calon pemerintah daerah, mengingat saat ini momen menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Bambang juga berbagi memiliki teori untuk membangun kota yang seimbang. Teori itu dia tuangkan dalam bukunya yang baru dirilis berjudul “Membangun Kota Masa Depan Layak Huni dan Berkelanjutan”.
“Jadi poin saya adalah pendekatan perkotaan itu harus menggunakan pendekatan-pendekatan baru. Kita ngga bisa business as usual, sehingga kita harus mulai memikirkan tadi apa dampak dari digitalisasi kota, smart cities. Khususnya dalam aspek pemerataan,” jelasnya.
Dalam buku itu juga tertuang harapan masyarakat untuk kota yang ditempatnya menjadi tempat yang layak huni dan tidak ada gap yang terlalu jauh antar masyarakat
“Saya merangkum dari harapan-harapan masyarakat dan kemudian ditaruh di teori. Teori rencana kota dan wilayah seperti apa. Tapi itu semua sebetulnya harapan masyarakat untuk punya kota yang tidak hanya layak unik tapi juga bisa dicintai, kota yang asik, yang memberikan satu layanan kepada semua strata masyarakat. Tidak membedakan strata masyarakat, terutama juga kita ingin lihat nanti karena kota ini berkembangnya sangat pesat,” pungkas Bambang.
(ada/hns)