Penjualan Tiket MotoGP Mandalika Lesu Imbas Tarif Pesawat Mahal

Penjualan Tiket MotoGP Mandalika Lesu Imbas Tarif Pesawat Mahal




Lombok Tengah

Penjualan tiket MotoGP Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), lesu. Penyebabnya antara lain, harga tiket pesawat dan kamar hotel yang mahal.

Menurut Deputy General Manager The Mandalika Mamit Hussein, para penonton dari luar Lombok cukup trauma dengan mahalnya harga akomodasi kamar hotel dan pesawat pada MotoGP 2022 dan 2023.

Flight-nya tinggi (harganya). Sehingga penonton yang menggunakan pesawat itu cukup menurun pasti. Jadi itu yang membuat kami kesulitan untuk meyakinkan mereka membeli tiket,” kata Mamit.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mamit menerima banyak keluhan dari para penonton soal mahalnya harga akomodasi sehingga mengurungkan niatnya mereka untuk membeli tiket MotoGP. Persoalan kedua, Mamit melanjutkan, kebiasaan masyarakat yang suka membeli tiket MotoGP pada last minute atau beberapa hari jelang MotoGP.

“Jadi saya diskusi dengan penyelenggara tiket dan festival, memang penonton itu tidak bisa cepat-cepat beli tiket. Makanya sekarang kami buat untuk promonya di awal-awal kemudian harga tiketnya nanti kembali normal,” ujarnya.

Gencarkan Paket Bundling

Mamit mengatakan The Mandalika telah mendorong segala lini untuk mempromosikan tiket MotoGP. Salah satunya menggencarkan paket-paket bundling. Dia mengeklaim menontont MotoGP Mandalika jauh lebih murah dibandingkan dengan nonton MotoGP di Sepang, Malaysia.

Diketahui, hingga saat ini total tiket MotoGP Mandalika 2024 yang sudah terjual berkisaatr 30 ribu lembar tiket MotoGP.

“Sebulan yang lalu masih 6 ribu. Sekarang kami sudah push dengan melakukan distribusi dan promosi di berbagai macam platform. Jumlah detailnya dan updatenya belum saya cek lagi,” jelas Mamit.

Mamit berharap agar adanya kolaborasi antara pengusaha hotel, maskapai dan penyelenggara MotoGP. ITDC dan MGPA sudah membawa event sebesar MotoGP, sehingga efeknya diharapkan bisa banyak turis yang datang ke Lombok.

Mamit menjelaskan, dirinya banyak menerima keluhan secara langsung maupun tidak langsung dari calon penonton terkait tingginya harga kamar hotel.

“Dari komentar media sosial banyak yang keluhkan itu. Dari kami dan pihak ketiga yang menjual tiket juga sama. Saya benar-benar mengharapkan kolaborasi dari semua pihak untuk menyadari betapa pentingnya penyesuaian harga akomodasi,” tegas Mamit.

Harga Kamar Hotel Melambung

Salah satu penggemar MotoGP mengungkapkan harga kamar hotel yang naik gila-gilaan menjelang balapan. Keluhan itu disampaikan Lucy Wiryono melalui media sosial akun X @lucywiryono. Unggahan tersebut kini telah dibaca 1,2 juta orang, dibagikan oleh 1,1 ribu orang hingga dikomentari 294 warganet dengan ragam komentar.

Lucy Wiryono merupakan pembawa acara MotoGP di salah satu televisi swasta dari tahun 2008 hingga tahun 2022. Dalam unggahannya, Lucy Wiryono telah memesan paket kamar hotel pada 13 Agustus 2024 di aplikasi Agoda dengan harga Rp 6,8 juta untuk tiga malam.

Namun, pemesanannya tersebut harus menunggu persetujuan dari hotel. Lucy diminta menunggu selama 24 jam. Ia juga telah melakukan charge kartu kredit sejumlah harga paket kamar hotel. Jika tidak disetujui hotel maka Lucy harus menunggu 30 hari untuk dikembalikan uangnya.

Akan tetapi, selanjutnya pada tanggal 14 Agustus 2024, pesanan kamar tersebut justru berubah harganya menjadi Rp 8,2 juta. Lucy menyebutkan jika memesan kamar hotel di Mandalika adalah bidding bukan booking.

“Logikanya, yang booking di tanggal 13/08/24 kaya gue.. ya mana mungkin di-approve lah. Kalo harga 14/08/24 lebih mahal. Ya pasti (hotel) ambil yang lebih mahal dong. Gak tau kalo besok dinaikin lagi. Semacam bidding jadinya, bukan booking,” jelas Lucy dalam cuitannya yang dikutip detikBali, Kamis (5/9/2024).

Unggahan Lucy ini menuai ragam reaksi dari warganet. Semuanya berkomentar dan mengeluhkan harga akomodasi yang melambung tinggi jelang MotoGP.

Lucy Wiryono dalam keterangan tertulisnya mengatakan harga kamar naik saat MotoGP bukan hanya tahun ini. Bahkan, pada MotoGP 2022 dan 2023 sudah melambung tinggi. Lucy bersama tim memang tidak booking kamar langsung atau direct ke hotel melainkan melalui aplikasi pemesanan.

“Harga kamar yang baik sudah bertahun-tahun memang sudah seperti itu. Dan memang sudah pasti begitu, dan memang harganya naik. Cuma saya rasa ndak ada satupun konsumen yang merasa nyaman kalau harganya tinggi (kamar hotel) untuk apapun ya,” katanya.

Meski demikian, Lucy mengaku tidak bisa disalahkan pihak hotelnya. Menurut Lucy, penyebab kenaikan harga kamar hotel adalah karena okupansi kamar hotel sepanjang tahun tidak stabil atau terkait persoalan supply & demand.

Ia lantas membandingkan harga hotel di Mandalika dengan Bali, maka sudah diketahui okupansi kamar hotelnya bahkan sudah overload turis yang masuk ke Bali. Sehingga jika ada kenaikan harga kamar hotel, maka tidak terlalu jauh atau melonjak tinggi.

“Artinya apa? Ekosistem pariwisata di Bali jalan sepanjang tahun tidak hanya mengharapkan satu event tertentu. Kalau ada event tertentu misalnya liburan akhir tahun atau libur lebaran maka pasti naik, tapi kenaikannya masih normal,” beber Lucy.

“Tapi kalau di Lombok naiknya luar biasa karena ada MotoGP dan tidak ada pilihan terutama hotel-hotel di dekat lingkar sirkuit. Tapi memang tidak bisa disalahkan hotelnya, tidak bisa kita bilang hotelnya harus punya nasionalisme demi Indonesia. Kalau saya punya Hotel di Lombok saya akan melakukan hal yang sama juga,” sambung Lucy.

Dinilai Lebih Baik ke Sepang

Lebih lanjut Lucy mengungkapkan, sebenarnya lebih baik menonton MotoGP di Sepang Malaysia dibandingkan menonton MotoGP di Mandalika. Karena setiap konsumen itu pasti akan membanding-bandingkan harga akomodasi dan pasti akan lebih memilih yang lebih murah.

Apalagi penggemar MotoGP kebanyakan bukan dari kalangan yang memiliki uang banyak sekali. Tapi datang dari masyarakat menengah yang menabung satu tahun penuh untuk bisa menonton MotoGP.

Lucy menyebutkan, sebelum ada Mandalika, Sepang Malaysia memang menjadi pilihan utama. Memang awalnya adanya dibuat MotoGP Mandalika adalah agar penggemar di Indonesia tidak perlu ke luar negeri.

“Tapikan sekarang kalau kita bandingkan. Liat deh aplikasi travel aja kita buka. Mulai dari pesawat, hotel, kita hitung dengan harga yang sama, hari yang sama. Maka di Sepang jauh lebih murah. Jauh,” keluh Lucy.

Meskipun Lucy booking kamar hotel mepet MotoGP masih tetap bisa dengan harga yang sama. Sementara kalau pesawat dari Jakarta ke Lombok menghabiskan sekitar Rp 3,8 juta. Sedangkan dari Jakarta ke Kuala Lumpur Malaysia hanya Rp 1,5 juta.

Lucy mengharapkan supaya Pemprov NTB tidak hanya mengandalkan MotoGP karena awal dibangunnya Sirkuit Mandalika untuk meningkatkan perekonomian di NTB. Terlebih setelah World Superbike sudah tidak ada lagi di NTB. Artinya hal ini menjadi warning bagi Pemprov NTB, jangan sampai MotoGP tidak ada juga.

“Meskipun secara gengsi Superbike jauh kalah dibandingkan MotoGP, namun jika hal ini terus menerus terjadi dan ada pembanding yang lebih dekat seperti halnya Sepang atau bahkan Thailand yang lebih murah juga di sana. Nanti lama-lama dengan harga yang terlalu jauh, maka orang lama-lama malas,” beber Lucy.

(hsa/hsa)



Source link

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *