Kenapa Kita Bisa Merasa Kesepian Saat di Keramaian?

Kenapa Kita Bisa Merasa Kesepian Saat di Keramaian?




Jakarta

Kesepian menjadi hal yang mengkhawatirkan karena bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Kesepian bukan hanya terjadi karena sendiri, tetapi bisa terjadi saat berada di keramaian. Pernah mengalami?

Survei Gallup tahun 2023 menunjukkan bahwa satu dari lima orang di seluruh dunia (23%) mengatakan bahwa mereka merasakan kesepian. Secara umum, kesepian tidak secara langsung berdampak, tetapi memperburuk keadaan yang sudah ada, seperti sakit fisik, sedih, stres, marah, dan sebagainya.

Selama ini, sejumlah penelitian telah menghubungkan kesepian dengan sejumlah dampak negatif terhadap kesehatan, termasuk meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke berulang atau serangan jantung sebanyak 40 persen, menurut American Heart Association.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, sebuah studi tahun 2022 di Neurology menemukan bahwa kesepian meningkatkan kemungkinan terkena demensia tiga kali lipat.

Kenapa Kesepian Bisa Berdampak Buruk pada Kesehatan?

Seorang profesor psikologi Universitas Brigham Young, Julianne Holt-Lunstad, pernah menerbitkan analisis penelitian berskala besar terkait kesepian pada 2010.

Menurutnya, dukungan sosial yang buruk merupakan penyebab penyakit fisik. Ia juga menemukan kesepian bisa berdampak buruk melebihi konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan risiko serupa dengan merokok lima belas batang sehari.

Seorang profesor psikiatri Harvard Medical School (HMS), Robert Waldinger, pernah menerangkan bahwa kesepian adalah pemicu stres.

“Ini meningkatkan peradangan kronis dan hormon seperti kortisol dan adrenalin serta menurunkan fungsi kekebalan tubuh. Dan karena hal ini berkorelasi dengan berkurangnya aktivitas sosial, itu berarti Anda tidak terlalu sering terpapar atau mengakses perilaku sehat,” paparnya dalam situs HMS, dikutip Sabtu (31/8/2024).

Kenapa Kita Bisa Merasa Kesepian Saat di Keramaian?

Kesepian ternyata didapatkan bukan hanya oleh keadaan fisik, melainkan perasaan yang dimiliki. Menurut penelitian, ini berkaitan dengan adanya penolakan sosial, sehingga bisa mengaktifkan bagian otak yang sama dengan yang diaktifkan oleh rasa sakit fisik.

Kesepian juga sangat bervariasi berdasarkan usia, termasuk generasi muda. Pada masa pandemi COVID-19, ahli saraf kognitif dan sosial di University of Chicago mengungkapkan orang yang berusia di bawah 18 tahun dilaporkan dua kali lebih banyak merasakan kesepian, dibandingkan orang yang berusia di atas 65 tahun.

Kemudian survei tahun 2021 terhadap 950 orang di Amerika Serikat, menemukan 61 persen dari responden tersebut adalah orang-orang yang berusia antara 18 dan 25 tahun.

Dalam hal ini, ketergantungan pada ponsel pintar (smartphone) diprediksi berkaitan dengan laporan gejala depresi dan kesepian yang lebih tinggi.

“Rasa keterlibatan dengan orang lain yang dapat diberikan oleh media sosial dapat mempermudah penarikan diri dari aktivitas sosial,” kata Daphne Holt, profesor psikiatri HMS.

Pada gilirannya, pandangan terhadap media sosial ini membuat seseorang membandingkan diri, dan kemudian memunculkan perasaan negatif, sehingga menarik diri dari kehidupan sosial.

Padahal, secara alami, manusia mempunyai kebutuhan untuk merasa terhubung dengan orang lain. Jadi, sebagai manusia, setiap orang perlu terhubung secara perasaan dengan orang lain.

“Berada di ruangan yang sama tidak sama dengan merasa terhubung. Faktanya, terkadang dikelilingi oleh orang asing atau orang yang tidak terlalu dekat dengan Anda hanya membuat Anda merasa lebih sendirian,” tulis laporan dalam situs Mental Health America (MHA).

Ini artinya, saat kita merasakan kesepian bahkan di sebuah keramaian, berarti kita tidak terhubung dengan siapa pun di sana. Maka dari itu, perasaan kita cenderung berjarak dengan kenyataan yang ada.

Perasaan yang menguasai kita itu pada akhirnya tidak memicu otak untuk mengeluarkan respons emosi positif. Sebaliknya, karena kita terhubung, maka justru memicu respons emosi negatif.

Menurut pakar, merasa sendirian di tengah orang-orang bisa jadi merupakan gejala umum depresi atau kecemasan sosial. Pakar menyarankan untuk melakukan tes kesehatan mental online untuk mengetahui apakah mengalami kondisi kesehatan mental tertentu atau tidak.

Sementara itu, agar tidak mudah merasakan kesepian, cobalah untuk terhubung dengan orang lain. Mulailah dengan orang-orang terdekat, seperti teman dekat atau keluarga.

Atur dan luangkan waktu untuk bertemu, berbincang, dan terhubung secara perasaan dengan orang-orang tercinta. Kedekatan semacam ini akan memicu dukungan sosial sehingga perasaan kesepian menjadi berkurang.

Selain itu, bisa juga dengan memulai ikut komunitas tertentu secara online maupun offline. Contohnya komunitas membaca, menari, melukis, kesenian, lari, bersepeda, dan seterusnya.

(faz/nah)



Source link

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *