Jakarta –
Semakin banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa mikroplastik terakumulasi di organ-organ penting manusia, termasuk otak, yang mendorong para peneliti untuk menyerukan tindakan yang lebih mendesak untuk mengendalikan polusi plastik.
Penelitian telah mendeteksi serpihan dan bintik-bintik kecil plastik di paru-paru manusia, plasenta, organ reproduksi, hati, ginjal, sendi lutut dan siku, pembuluh darah, dan sumsum tulang.
“Sekarang sangat penting untuk menyatakan keadaan darurat global” untuk menangani polusi plastik, kata Sedat Gündoğdu, yang mempelajari mikroplastik di Universitas Cukurova di Turki.
Bahaya kesehatan dari mikroplastik di dalam tubuh manusia belum diketahui secara luas. Penelitian terbaru baru mulai menunjukkan bahwa mikroplastik dapat meningkatkan risiko berbagai kondisi seperti stres oksidatif, yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan peradangan, serta penyakit kardiovaskular.
Untuk penelitian ini, para peneliti memeriksa jaringan otak, ginjal, dan hati dari 92 orang yang menjalani otopsi forensik untuk memverifikasi penyebab kematian pada tahun 2016 dan 2024. Sampel jaringan otak dikumpulkan dari korteks frontal, area otak yang terkait dengan pemikiran dan penalaran, dan yang paling terpengaruh oleh demensia frontotemporal (FTD) dan tahap akhir penyakit Alzheimer.
Mikroplastik adalah fragmen yang ukurannya dapat berkisar dari kurang dari 0,2 inci (5 milimeter) atau seukuran penghapus pensil, hingga 1 nanometer. Sehelai rambut manusia lebarnya sekitar 80.000 nanometer, menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS. Apa pun yang lebih kecil adalah nanoplastik yang harus diukur dalam sepersejuta meter.
Nanoplastik adalah plastik yang paling mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia, kata para ahli, karena potongan-potongan yang sangat kecil dapat tinggal di dalam sel-sel individu.
“Entah bagaimana nanoplastik ini membajak jalan mereka melalui tubuh dan sampai ke otak, melintasi penghalang darah-otak,” kata Campen.
(kna/kna)