Para anggota parlemen Thailand akan melakukan voting pada Jumat (16/8) untuk menentukan apakah putri miliarder dan mantan Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra mampu mendapatkan cukup dukungan untuk menjabat sebagai PM yang baru, menggantikan Srettha Thavisin yang dicopot dari jabatannya.
Paetongtarn Shinawatra, yang berusia 37 tahun, menjadi kandidat yang diajukan oleh Partai Pheu Thai, yang kini berkuasa di negara tersebut, untuk menggantikan Srettha. Tidak ada satu pun dari 10 partai politik lainnya dalam koalisi pemerintahan yang mengajukan kandidat alternatif.
Voting parlemen dijadwalkan akan dimulai pukul 10.00 waktu setempat, Demikian seperti dilansir AFP, Jumat (16/8/2024).
Paetongtarn, yang ayah dan bibinya pernah menjabat PM, akan menjadi pemimpin termuda di sejarah Thailand sebagai negara monarki konstitusional jika terpilih. Dia juga akan mencetak sejarah sebagai wanita kedua yang menjabat PM Thailand, setelah bibinya, Yingluck Shinawatra.
Paetongtarn yang belum pernah menjabat di pemerintahan ini akan menjadi anggota ketiga dari klan Shinawatra yang memimpin Thailand, setelah Thaksin dan Yingluck.
Parlemen Thailand terpaksa menggelar voting untuk menentukan PM baru, setelah Mahkamah Konstitusi pada Rabu (14/8) memutuskan untuk mencopot Srettha dari jabatan PM atas pelanggaran etika berat karena dia menunjuk seorang menteri yang pernah dihukum penjara.
Pencopotan Srettha itu menjadi babak terbaru dalam pertarungan jangka panjan antara kubu militer, kelompok pro-kerajaan, dan partai populis yang terkait dengan ayah Paetongtarn, Thaksin yang seorang taipan telekomunikasi.
Partai Bhumjaithai, yang merupakan partai terbesar ketiga dalam parlemen, mengatakan pihaknya “setuju untuk mendukung kandidat” dari Partai Pheu Thai dalam voting pada Jumat (16/8) waktu setempat.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.