Sebuah video yang memperlihatkan aksi represif terhadap demonstran yang terjadi di kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) viral di media sosial. Video tersebut memperlihatkan seorang dosen yang diduga berusaha menyerang salah satu mahasiswa.
Video aksi represif yang dilakukan pihak kampus kepada mahasiswa diunggah sejumlah akun media sosial X. Salah satunya adalah video yang diunggah oleh pemilik akun @rg**as.
Video tersebut awalnya memperlihatkan seorang mahasiswi yang sedang berdemo. Beberapa saat kemudian terlihat pria yang mengenakan jas dan berkacamata hitam menyerang salah satu mahasiswa.
Kemudian, video tersebut juga merekam aksi dua pria yang sedang menindih mahasiswa di lantai. Salah satunya mengenakan pakaian petugas keamanan.
“Jujurly, sebenernya dah males ngomongin UNY. Dari ane maba sampe tahun 2024 gini mulu masalah kampus ini. Dikit-dikit make cara bengis nanggepin kritik yg harusnya direspon simpel aja,” tulis akun itu memberikan keterangan videonya seperti dilihat detikJogja pada Rabu (7/8/2024).
Adapun postingan itu telah dicuit ulang ribuan kali dan mendapat ribuan respons dari pengguna X.
Ketua BEM KM UNY Farras Raihan mengatakan peristiwa itu terjadi pada Selasa (6/8). Peristiwa itu berawal saat mahasiswa ingin melakukan orasi kebangsaan dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), namun tidak diperbolehkan oleh kampus.
Padahal, kata Farras, selama ini selalu digelar dalam setiap acara PKKMB di kampusnya.
“Unsur orasi kebangsaan oleh ketua-ketua BEM ini dihilangkan sehingga atas keresahan kemarin dan juga problematika UNY yang ada mungkin juga masalah-masalah seperti PTNBH, fasilitas, itu jadi kita mengumpulkan masalah itu, kita ingin sampaikan di orasi,” kata Farras saat ditemui wartawan, Rabu (7/8/2024).
Ferras bilang, pihaknya tetap ingin menyampaikan orasi di dalam GOR. Akan tetapi, karena sejak awal tidak diberikan ruang, maka oleh pihak kampus tidak diizinkan masuk.
“Penyampaiannya kita tetap ingin masuk di GOR tapi karena kita nggak dapat ruang atau di dalam susunan acara itu tidak ada jadi kita masuk ketika acara itu ditutup, kita pengen masuk untuk menyampaikan,” ucapnya.
Lebih lanjut, mereka tetap mencoba masuk untuk menyampaikan orasi mendapat hadangan. Bahkan, dia bilang salah satu temannya kemudian mendapatkan respons yang sangat keras.
“Mereka memberikan respons yang sangat keras bahkan ada satu orang kawan kita yang ditindih oleh beberapa orang,” ucapnya.
Mendapat respons seperti itu, Farras dan kawan-kawan memutuskan untuk mundur. Hal itu dilakukan untuk menghindari gesekan. Mereka kemudian melakukan orasi di halaman GOR dan berlanjut menuju gerbang GOR.
“Karena tujuan kami itu bukan mencari keributan, kita mundur kita jalan, di halaman. Itu kita masih menyampaikan orasi itu bertepatan mahasiswa turun dan keluar menuju fakultas masing-masing,” tuturnya.
Di gerbang, lanjut Farras, mereka hanya melakukan orasi tanpa menutup jalur maba yang keluar GOR. Di sana, kata Farras, ada dosen dan satpam yang mengawasi. Namun, tiba-tiba ada dosen yang mencekik Farras.
“Itu kondisinya kondusif. Berjalan beberapa menit tiba-tiba dari belakang ada oknum dosen yang meringkus kita, dengan memegang leher atau mencekik,” ucapnya.
Setelah insiden dengan dosen itu, kata Farras, barulah mulai pecah keributan. Mereka kemudian keluar dari gerbang GOR dan menuju jalan raya untuk menghindari keributan yang lebih luas.
“(Oknum dosen) Satu. Inisial A dari FEB,” katanya.
Dimintai konfirmasi terpisah, Ketua Panitia PKKMB Arwan Nur Ramadhan membantah semua tuduhan yang dialamatkan. Dia bilang penyelenggaraan acara itu berdasarkan peraturan dari kementerian, kepanitiaan PKKMB dari universitas.
“Kepanitiaan PKKMB itu unsur dosen, tendik, kemudian dibantu mahasiswa di unsur teknisnya. Kemudian berbeda dari tahun sebelumnya yang mayoritas kegiatan itu kita optimalkan di teman-teman mahasiswa. Kita ubah sedikit,” kata Arwan.
Arwan melanjutkan, dalam pelaksanaan PKKMB yang diperbolehkan masuk ke GOR hanya maba dan unsur panitia.
Dia mengklaim kegiatan PKKMB awalnya berjalan lancar. Namun, dia menyebut ada gerombolan mahasiswa yang menyusup.
“Ada gerombolan mahasiswa yang itu menyamar menggunakan almamater kemudian seolah-olah terdeteksi sebagai maba dan berpencar,” bebernya.
Tanggapan kampus soal tudingan penyerangan baca halaman berikutnya